Minggu, 10 Februari 2013

Waspadai Peredaran Permen Karet Peningkat Syahwat di Bulan “Valentine"

Peredaran permen karet yang disebut-sebut bisa meningkatkan libido meresahkan banyak pihak, terutama para orangtua yang memiliki anak perempuan. Mereka cemas permen ini disalahgunakan untuk menjebak para anak baru gede (ABG).
Dian Prita Damayanti (50), ibu seorang siswi SMA Negeri di Sidoarjo, juga mengungkapkan kecemasannya. Warga Perum Magersari, Sidoarjo, ini terang-terangan khawatir dengan kabar beredarnya permen cinta tersebut.
“Jelas saya khawatir. Saya harus secepatnya memberitahukan kabar ini ke putri saya. Ini agar dia bisa berhati-hati. Tidak hanya saya, orangtua lain mestinya juga harus waspada dan memberi tahu putra-putri mereka,” kata Dian seperti dikutip harian Surya, Kamis (7/2/2013).
Dian pun berharap pihak sekolah memperhatikan hal ini. Menurut dia, meski belum terbukti sudah beredar di lingkungan sekolah, tidak ada salahnya pihak sekolah mewaspadai beredarnya permen cinta.
“Saya berharap pihak sekolah meluangkan waktu khusus untuk memberikan penyuluhan kepada para murid. Selain sekolah, saya juga berharap agar yang berwajib tegas menertibkan peredaran permen ini. Bahaya kalau anak di bawah umur bisa beli dengan bebas,” kata Dian.
Sementara itu, pimpinan Yayasan Embun Surabaya Joris Misa Lato terkejut saat mendapat kabar beredarnya permen jenis ini. Dari pengalaman Joris memberikan perlindungan dan rehabilitasi kepada para remaja korban kekerasan seksual, ia belum pernah sekalipun menemukan permen tersebut.
“Beberapa anak asuh saya memang pernah cerita kalau ada obat yang bisa membuat mabuk sehingga yang mengonsumsinya bisa tidak berdaya kalau diapa-apakan sama pacar mereka. Namun, saya belum pernah dengar ada permen yang menaikkan libido perempuan,” kata Joris.
Joris menilai, permen ini bisa sangat berbahaya karena bentuk fisiknya yang tidak berbeda dengan permen karet umum yang dijual bebas. Ia mengaku sangat khawatir jika permen ini masuk ke sekolah-sekolah.
“Apalagi di sekolah, permen karet sangat digemari, baik oleh anak laki-laki maupun perempuan. Kalau permen ini sudah masuk sekolah, habis sudah,” tutur pria 47 tahun itu.
Joris melanjutkan, permen karet cinta ini dikhawatirkan bisa menambah trik para remaja untuk memaksa pacar mereka berhubungan intim, apalagi saat ini menjelang perayaan Valentine.
“Selama ini, laporan yang marak saya dengar, para siswi sekolah rata-rata dipaksa untuk menenggak miras bareng. Setelah mabuk, mereka tak kuasa menolak ajakan berhubungan intim. Siswi biasanya sangat rapuh, mereka takut diputus cinta kalau menolak minum miras,” kata Joris.
Berharap peran BPOM
Joris berharap khasiat permen itu hanya gembar-gembor si penjual demi melariskan dagangan. Jika tidak, permen karet itu bisa menjadi senjata baru bagi kaum lelaki hidung belang.
“Kekhawatiran saya bukan hanya buat anak-anak, melainkan semua perempuan bisa jadi korban nantinya. Bayangkan, termasuk penumpang kereta bisa saja kan jadi korbannya,” ucap Joris.
Terlepas dari hal tersebut, Joris dengan tegas meminta pihak berwajib untuk menertibkan penjualan permen ini. Tidak ada alasan untuk tidak menertibkan penjualan permen ini, dengan potensinya yang bisa membahayakan remaja perempuan.
Apalagi, permen ini terbukti tak memiliki izin dari Balai Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM). “Sudah pasti, polisi dan mereka yang berwajib harus menertibkan penjualan permen ini. Kalau toh memang bisa digunakan untuk kepentingan pasangan suami istri, seharusnya tidak dijual dengan bebas,” pinta Joris.
Kekhawatiran serupa juga dinyatakan Prof Mangestuti Agil, pakar farmasi Universitas Airlangga, Surabaya. Dia mengaku merasa miris mendengar beredarnya permen karet ini. Sebagai akademisi sekaligus orangtua, ia menilai peredaran permen ini layak membuat para orangtua khawatir. Mangestuti semakin khawatir karena bentuk “permen libido” itu tidak berbeda dengan permen karet pada umumnya.
“Harga Rp 75.000 tidak terlalu mahal untuk siswa sekolah masa kini. Kalau permen ini memang seperti apa yang diklaim oleh penjualnya, jelas bisa merusak masa depan anak-anak muda,” kata Mangestuti.
Beredar tanpa izin BPOM
Seperti diberitakan, pembangkit gairah berbentuk permen karet itu kini marak di Surabaya. Meskipun kandungan permen tersebut masih dalam penelitian Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), banyak pengguna yang mengaku merasakan khasiatnya.
Fenomena permen karet cinta pun ramai menjadi perbincangan “panas” di sejumlah grup BBM. Bagi para istri dan ibu-ibu yang sudah pernah mencoba, mereka berbagi cerita di kantor maupun di komunitasnya. Yang lain pun penasaran.
BPOM berhasil mengidentifikasi 36 situs yang menawarkan produk makanan berupa permen yang disinyalir dapat meningkatkan gairah. Pemantauan iklan yang dilakukan BPOM menunjukkan bahwa ada banyak iklan di media internet yang menjual produk permen peningkat libido yang tidak mematuhi peraturan perundang-undangan. Tercatat, ada 36 situs yang menawarkan produk tersebut.
“Kami tidak pernah mengeluarkan izin edar terhadap permen yang diklaim dapat meningkatkan gairah atau libido, apalagi dengan penandaan yang tidak sesuai norma sehingga kami tidak menjamin keamanan dan mutunya,” ujar Kepala BPOM Lucky S Slamet di Gedung C BPOM, Jakarta Pusat, Kamis (31/1/2013). Demikian dikutip dari Surya.

0 comments:

Posting Komentar