Minggu, 17 Februari 2013

" AKU INGIN MEMBACA AL QUR'AN UNTUK IBU KU "


♥ Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh ♥ 

" AKU INGIN MEMBACA AL QUR'AN UNTUK IBU KU "

❥ Sebuah kisah yang menyentuh,hati tentang harapan indah seorang ibu kepada anaknya dan bakti sang anak kepadanya..

❥ Ahmad berumur sebelas tahun ketika ibunya (orang tua tunggal) mengantarnya untuk kelas Qira’ati (membaca Al Qur’an)..

❥ Saya suka anak-anak itu memulai belajar membaca Qur’an di awal usia, terutama anak laki-laki. Aku sampaikan hal itu pada Ahmad..

❥ Namun ia menyampaikan alasannya, bahwa ibunya selalu berharap dapat mendengar bacaan Al Qur’an darinya..

❥ Ahmad memulai pelajaran Qira’atinya dan sejak itu aku berfikir ini merupakan pekerjaan yang sia-sia..

❥ Meskipun aku sudah berusaha keras mengajarinya, ia tampaknya belum bisa mengenal huruf-huruf hijaiyah dan tidak bisa menalar bagaimana membacanya..

❥ Namun ia patuh untuk terus membaca Al Qur’an seperti yang kuwajibkan untuk semua murid-muridku..

❥ Dalam beberapa bulan ia terus berusaha sementara aku menyimak bacaannya dan terus menyemangatinya ..

❥ Di setiap akhir pekan ia selalu berkata: “Ibuku akan mendengarku membaca Al Qur’an suatu hari.”..

❥ Di balik itu aku melihatnya tak bisa diharapkan. Ia tidak berbakat..

❥ Aku tak mengenal ibunya dengan baik..

❥ Aku hanya sempat melihatnya dari kejauhan ketika ia mengantar atau menjemput Ahmad dengan mobil tuanya..

❥ Ia selalu melambaikan tangan kepadaku tapi tak pernah berhenti untuk masuk ke kelas..

❥ Suatu hari, Ahmad berhenti dari mendatangi kelas kami..

❥ Aku pernah berniat akan menelponnya tetapi kemudian berfikir mungkin ia memutuskan untuk melakukan hal lain..

❥ Mungkin ia akhirnya menyadari akan ketiadaan bakatnya dalam Qira’ati..

❥ Aku juga merasa lega dengan ketidakhadirann ya..

❥ Ia bisa menjadi iklan yang buruk bagi kelas Qira’atiku..

❥ Beberapa minggu kemudian, aku mengirimkan selebaran kepada murid-muridku di rumah akan adanya acara pembacaan qira’ah Al Qur’an..

❥ Tak disangka, Ahmad (yang juga menerima pengumuman itu) menanyakan apakah ia diperkenankan untuk tampil membaca qira’ah Al Qur’an..

❥ Aku menyatakan bahwa sebenarnya acara ini untuk murid yang masih aktif saja dan karena ia sudah tidak pernah hadir lagi, maka ia tidak berhak tampil..

❥ Ia menyatakan bahwa ibunya akhir-akhir ini sakit dan tak bisa mengantarnya ke kelas..

❥ Ia juga menyatakan bahwa dirinya masih terus berlatih Qira’ati di rumah meskipun tidak masuk kelas..

❥ “Ustadzah, Aku harus ikut membaca qira’ah” paksanya kepadaku..

❥ Aku tak tahu apa yang menyebabkanku akhirnya memperbolehkann ya ikut tampil..

❥ Mungkin karena tekad Ahmad yang kuat atau ada bisikan hatiku yang menyatakan bahwa semuanya akan baik-baik saja..

❥ Malam acara pembacaan qira’ah itu telah tiba. Gedung olah raga sekolah telah dipenuhi para orang tua murid, teman-teman dan sanak saudara..

❥ Aku tempatkan Ahmad pada giliran terakhir sebelum aku sendiri yang akan menutup acara dengan ucapan terima kasih dan pembacaan qira’ah penutup..

❥ Aku berfikir bahwa jika penampilan Ahmad merusak acara ini maka itu terjadi di akhir acara dan aku bisa “menyelamatkan” penampilan buruknya dengan penampilanku sendiri..

❥ Pembacaan qira’ah dari murid ke murid berlangsung lancar..

❥ Mereka telah berlatih dan itu terlihat dalam penampilan mereka..

❥ Kini giliran Ahmad naik ke panggung. Bajunya lusuh tak terseterika dan rambutnya pun acak-acakan tak tersisir rapi..

❥ “Mengapa ia tidak berpenampilan rapi seperti murid-murid yang lain??

❥ Lintasan pertanyaan buruk sangka langsung bergolak di kepalaku..

❥ “Mengapa ibunya tidak mempersiapkan penampilannya??

❥ Paling tidak, sekedar menyisir rambutnya untuk acara istimewa malam ini??

❥ Ia mulai membaca, Aku sungguh terkejut ketika ia mengumumkan bahwa surat Al Kahfi akan ia bacakan..

❥ Aku tak menyangka dan tak siap dengan apa yang kudengar selanjutnya. Suaranya begitu ringan dan lembut..

❥ Qira’ahnya sangat sempurna..

❥ Belum pernah kudengar bacaan Al Qur’an seindah itu dari anak-anak seumurnya..

❥ Setelah enam setengah menit ia berhenti..

❥ Penuh haru dan berlinang air mata, aku bergegas ke atas panggung dan memeluk Ahmad dengan gembira..

❥ Aku belum pernah mendengar yang seindah itu Ahmad!!

Bagaimana engkau bisa seperti itu??

❥ Melalui mikrofon Ahmad menjelaskan:

❥ “Ustadzah, ingat tidak ketika aku mengatakan bahwa ibuku sakit??

❥ Ya, sebenarnya ia menderita kanker dan telah meninggal pagi tadi..

❥ Dan sebenarnya ia lahir tuli..

❥ Jadi, malam ini adalah kali pertama ia bisa mendengarku membaca Al Qur’an..

❥ Karena itu, aku ingin menjadikan ini qira’ah yang ISTIMEWA”..

❥ Tak ada mata yang kering sepenuh gedung malam itu..

❥ Saat petugas dari Dinas Sosial mengantar Ahmad dari panggung untuk dibawa ke Panti Asuhan, aku melihat, bahkan mata mereka pun memerah dan sembab..

❥ Aku berkata di dalam hati, betapa hidupku semakin kaya dengan menjadikan Ahmad sebagai muridku..

❥ Ialah sebenarnya “sang guru” sementara aku adalah muridnya..

❥ Ialah yang mengajariku hikmah dari kesabaran dan cinta serta kepercayaan diri..

❥ Aku juga belajar untuk memberikan kesempatan kepada seseorang, berharap kebaikan meskipun kadang tanpa alasan yang bisa dimengerti.. (◡‿◡✿)

✽¸.•♥•.¸✽¸•♥•.¸✽¸•♥•.¸✽¸.•♥•.¸✽ 

❥ Semoga Bermanfaat 
Untuk kita Bersama,Aamiin..

✽¸.•♥•.¸✽¸•♥•.¸✽¸•♥•.¸✽¸.•♥•.¸✽

♥ Silahkan Di TAG/SHARE ♥
♥ Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh ♥


❥ Sebuah kisah yang menyentuh,hati tentang harapan indah seorang ibu kepada anaknya dan bakti sang anak kepadanya..

❥ Ahmad berumur sebelas tahun ketika ibunya (orang tua tunggal) mengantarnya untuk kelas Qira’ati (membaca Al Qur’an)..

❥ Saya suka anak-anak itu memulai belajar membaca Qur’an di awal usia, terutama anak laki-laki. Aku sampaikan hal itu pada Ahmad..

❥ Namun ia menyampaikan alasannya, bahwa ibunya selalu berharap dapat mendengar bacaan Al Qur’an darinya..

❥ Ahmad memulai pelajaran Qira’atinya dan sejak itu aku berfikir ini merupakan pekerjaan yang sia-sia..

❥ Meskipun aku sudah berusaha keras mengajarinya, ia tampaknya belum bisa mengenal huruf-huruf hijaiyah dan tidak bisa menalar bagaimana membacanya..

❥ Namun ia patuh untuk terus membaca Al Qur’an seperti yang kuwajibkan untuk semua murid-muridku..

❥ Dalam beberapa bulan ia terus berusaha sementara aku menyimak bacaannya dan terus menyemangatinya ..

❥ Di setiap akhir pekan ia selalu berkata: “Ibuku akan mendengarku membaca Al Qur’an suatu hari.”..

❥ Di balik itu aku melihatnya tak bisa diharapkan. Ia tidak berbakat..

❥ Aku tak mengenal ibunya dengan baik..

❥ Aku hanya sempat melihatnya dari kejauhan ketika ia mengantar atau menjemput Ahmad dengan mobil tuanya..

❥ Ia selalu melambaikan tangan kepadaku tapi tak pernah berhenti untuk masuk ke kelas..

❥ Suatu hari, Ahmad berhenti dari mendatangi kelas kami..

❥ Aku pernah berniat akan menelponnya tetapi kemudian berfikir mungkin ia memutuskan untuk melakukan hal lain..

❥ Mungkin ia akhirnya menyadari akan ketiadaan bakatnya dalam Qira’ati..

❥ Aku juga merasa lega dengan ketidakhadirann ya..

❥ Ia bisa menjadi iklan yang buruk bagi kelas Qira’atiku..

❥ Beberapa minggu kemudian, aku mengirimkan selebaran kepada murid-muridku di rumah akan adanya acara pembacaan qira’ah Al Qur’an..

❥ Tak disangka, Ahmad (yang juga menerima pengumuman itu) menanyakan apakah ia diperkenankan untuk tampil membaca qira’ah Al Qur’an..

❥ Aku menyatakan bahwa sebenarnya acara ini untuk murid yang masih aktif saja dan karena ia sudah tidak pernah hadir lagi, maka ia tidak berhak tampil..

❥ Ia menyatakan bahwa ibunya akhir-akhir ini sakit dan tak bisa mengantarnya ke kelas..

❥ Ia juga menyatakan bahwa dirinya masih terus berlatih Qira’ati di rumah meskipun tidak masuk kelas..

❥ “Ustadzah, Aku harus ikut membaca qira’ah” paksanya kepadaku..

❥ Aku tak tahu apa yang menyebabkanku akhirnya memperbolehkann ya ikut tampil..

❥ Mungkin karena tekad Ahmad yang kuat atau ada bisikan hatiku yang menyatakan bahwa semuanya akan baik-baik saja..

❥ Malam acara pembacaan qira’ah itu telah tiba. Gedung olah raga sekolah telah dipenuhi para orang tua murid, teman-teman dan sanak saudara..

❥ Aku tempatkan Ahmad pada giliran terakhir sebelum aku sendiri yang akan menutup acara dengan ucapan terima kasih dan pembacaan qira’ah penutup..

❥ Aku berfikir bahwa jika penampilan Ahmad merusak acara ini maka itu terjadi di akhir acara dan aku bisa “menyelamatkan” penampilan buruknya dengan penampilanku sendiri..

❥ Pembacaan qira’ah dari murid ke murid berlangsung lancar..

❥ Mereka telah berlatih dan itu terlihat dalam penampilan mereka..

❥ Kini giliran Ahmad naik ke panggung. Bajunya lusuh tak terseterika dan rambutnya pun acak-acakan tak tersisir rapi..

❥ “Mengapa ia tidak berpenampilan rapi seperti murid-murid yang lain??

❥ Lintasan pertanyaan buruk sangka langsung bergolak di kepalaku..

❥ “Mengapa ibunya tidak mempersiapkan penampilannya??

❥ Paling tidak, sekedar menyisir rambutnya untuk acara istimewa malam ini??

❥ Ia mulai membaca, Aku sungguh terkejut ketika ia mengumumkan bahwa surat Al Kahfi akan ia bacakan..

❥ Aku tak menyangka dan tak siap dengan apa yang kudengar selanjutnya. Suaranya begitu ringan dan lembut..

❥ Qira’ahnya sangat sempurna..

❥ Belum pernah kudengar bacaan Al Qur’an seindah itu dari anak-anak seumurnya..

❥ Setelah enam setengah menit ia berhenti..

❥ Penuh haru dan berlinang air mata, aku bergegas ke atas panggung dan memeluk Ahmad dengan gembira..

❥ Aku belum pernah mendengar yang seindah itu Ahmad!!

Bagaimana engkau bisa seperti itu??

❥ Melalui mikrofon Ahmad menjelaskan:

❥ “Ustadzah, ingat tidak ketika aku mengatakan bahwa ibuku sakit??

❥ Ya, sebenarnya ia menderita kanker dan telah meninggal pagi tadi..

❥ Dan sebenarnya ia lahir tuli..

❥ Jadi, malam ini adalah kali pertama ia bisa mendengarku membaca Al Qur’an..

❥ Karena itu, aku ingin menjadikan ini qira’ah yang ISTIMEWA”..

❥ Tak ada mata yang kering sepenuh gedung malam itu..

❥ Saat petugas dari Dinas Sosial mengantar Ahmad dari panggung untuk dibawa ke Panti Asuhan, aku melihat, bahkan mata mereka pun memerah dan sembab..

❥ Aku berkata di dalam hati, betapa hidupku semakin kaya dengan menjadikan Ahmad sebagai muridku..

❥ Ialah sebenarnya “sang guru” sementara aku adalah muridnya..

❥ Ialah yang mengajariku hikmah dari kesabaran dan cinta serta kepercayaan diri..

❥ Aku juga belajar untuk memberikan kesempatan kepada seseorang, berharap kebaikan meskipun kadang tanpa alasan yang bisa dimengerti.. (◡‿◡✿)

0 comments:

Posting Komentar