“Cinta Tapi Beda” Suatu film percintaan dengan alur cerita sebagai berikut ; Cahyo
(Reza Nangin) adalah seorang koki asal Yogyakarta yang bekerja di salah
satu restoran ternama di Jakarta. Setelah ditinggal selingkuh oleh
kekasihnya, Cahyo pun mulai mencoba memperbaiki hatinya meskipun
kejadian itu terasa sangat sakit baginya. Cahyo mendambakan hubungan
yang serius dan bisa membuat hidupnya semakin harmonis.
Harapan
Cahyo tersebut tidak lama kemudian datang melalui seorang gadis asal
Padang/minangkabau bernama Diana (Agni Pratistha). Sebagai seorang
penari, Diana ternyata berhasil memikat hati Cahyo yang kebetulan ibunya
dahulu sempat menggeluti profesi serupa. Keduanya pun saling jatuh
cinta dan sepakat untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih serius.
Permasalahan
pun mulai melanda mereka mengenai perbedaan keyakinan. Cahyo yang lahir
dari keluarga Muslim tidak mendapat restu dari ibunda Diana yang
memeluk agama Katolik begitupun sebaliknya. Sejak itulah keduanya terus
mencari cara untuk bisa bersatu di tengah perbedaan tersebut
(http://sorsow.blogspot.com/2012/12/cinta-tapi-beda-mencoba-bersatu.html).
Dari
alur cerita tersebut tergambarkan bahwa seorang gadis bernama Diana
berasal dari Padang atau orang tuanya tinggal di Padang/minangkabau
(dengan beda agama) mencintai pria Jogja yang beragama Islam, dari alur
cerita ditampilkan dengan jelas bahwa ini film menceritakan kehidupan
orang berasal dari Padang/minangkabau, dengan menampilkan gambar yang
bertempat di Kota Bukittingi, yang merupakan daerah paling kuat adat
minangkabaunya.
Masyarakat minangkabau sangat terkejut setelah mengetahui isi alur cerita dari film “Cinta Tapi Beda” tersebut seperti diatas. Orang minangkabau tidak menyangka sutradara Hanung Bramantyo menjadikan film “Cinta Tapi Beda”
mengambil alur cerita dari sosok perempuan orang Padang/minangkabau.
Ini menjadi suatu pertanyaan mengapa gadis dalam film merupakan sosok
Diana tersebut berasal dari Padang/minangkabau, mangapa tidak di balik,
megapa tidak laki-laki sosok Cahyo itu yang berasal dari
Padang/minangkabau?. Jawabannya ada sama sutradara Hanung Bramantyo.
Selaku orang Minangkabau, Apa yang ditampilkan dari cerita “Cinta Tapi Beda”
tersebut sangat merugikan daerah miangkabau, baik kerugian secara
materil maupun non materil. Sudah dipastikan cerita film tersebut
berpengaruh terhadap pola pikir dan presepsi dari para penonton,
bisa-bisa penonton berasumsi bahwa orang Padang/minangkabau seperti
dalam alur cerita film tersebut. Berapa ruginya orang minangkabau
sekarang dianggap beragama seperti sosok Diana.
Sutradara Hanung Bramantyo sangat gegabah
atau keterlaluan telah membuat film seperti yang di ceritakan dalam
alur film tersebut, selaku orang minangkabau yang berbudaya Kita perlu
memaafkan apa yang telah dilakukan oleh sutradara Hanung Bramantyo (walaupun sampai hari ini belum ada ungkapan permohonan maaf dari Hanung) itu ungkapan yang perlu disampaikan.
Selaku orang minangkabau yang taat terhadap hukum Indonesia, maka Kita sangat mendukung Ikatan
Pemuda-pemudi Minang Indonesia (IPPMI), dan Badan Koordinasi Kebudayaan
dan Kemasyarakatan ala Minangkabau se-Jakarta dan sekitarnya memalului kuasa hukumnya saudara Zulhendri Hasan melaporkan Hanung Bramantyo ke SPK Polda Metro Jaya. Agar bisa dihukum karna telah merugikan masyarakat minangkabau
Ini pelajaran bagi sutradara Hanung Bramantyo,
agar membuat film sesuai dengan kaedah-kaedah atau norma-norma yang
sesuai dengan adat istiadat daerah setempat. Dan Kita tunggu rasa
kadilan berpihak bagi masyarakat minangkabau, Kita meminta polisi
memeriksa sutradara Hanung Bramantyo secepatnya agar masalah ini tidak meluas[].
http://hiburan.kompasiana.com/film/2013/01/10/cinta-tapi-beda-mengapa-harus-padangminang-524190.html
0 comments:
Posting Komentar