Perubahan kurikulum yang akan berjalan pada Juli mendatang disebut oleh
pemerintah akan mengurangi beban anak dalam belajar, apalagi dengan
metode tematik integratif yang membuat anak tak perlu lagi membawa
banyak buku tiap pergi ke sekolah. Namun, pengamat pendidikan, Romo
Benny Susetyo, berpikir sebaliknya.
Menurutnya, perubahan kurikulum
kali ini justru akan menambah beban peserta didik. Pasalnya, integrasi
mata pelajaran dengan tema atau mata pelajaran lain ini membuat materi
yang diajarkan menjadi bias sehingga butuh penjelasan lebih lanjut.
"Contoh saja, belajar mengenai udara. Siswa diminta menjelaskan udara
dalam IPA, itu mudah. Tapi, membahasakan udara dalam pelajaran lain itu
bagaimana. Pasti akan butuh penjelasan panjang. Jadi, malah makin banyak
nanti," kata Romo Benny saat jumpa pers di kantor Indonesia Corruption
Watch (ICW), Kalibata, Jakarta, Jumat (15/2/2013).
Ia membenarkan bahwa mata pelajaran memang berkurang, tetapi durasi
belajarnya bertambah. Hal ini merupakan dampak dari ilmu pengetahuan
yang hanya dijelaskan sebagian sehingga membutuhkan penjelasan detail
yang memakan durasi belajar lebih lama.
"Ini gurunya juga akan
bingung jika tidak disiapkan dengan baik. Turunnya kualitas pendidikan
di Indonesia ini karena guru tak pernah dilatih dengan baik," ungkap
Romo Benny.
"Bukan perkara mudah. Salah-salah, anaknya juga jadi
bingung dan akibatnya malah merugikan banyak pihak. Kalau sampai
kejadian, siapa yang bertanggung jawab," tandasnya.
Seperti
diketahui, perubahan kurikulum ini bertujuan baik, yaitu mengurangi
beban siswa dan guru. Siswa tak lagi perlu membawa banyak buku dan
mempelajari mata pelajaran yang menumpuk. Guru juga tak dibebani lagi
dengan kewajiban membuat silabus. Namun, dengan persiapan hanya enam
bulan, apakah beban tersebut akan berkurang atau hanya menjadi masalah
baru bagi mereka di lapangan? (detik/16/2/13)
------------------------------ ------------------------------ -
Perubahan kurikulum yang akan berjalan pada Juli mendatang disebut oleh pemerintah akan mengurangi beban anak dalam belajar, apalagi dengan metode tematik integratif yang membuat anak tak perlu lagi membawa banyak buku tiap pergi ke sekolah. Namun, pengamat pendidikan, Romo Benny Susetyo, berpikir sebaliknya.
Menurutnya, perubahan kurikulum kali ini justru akan menambah beban peserta didik. Pasalnya, integrasi mata pelajaran dengan tema atau mata pelajaran lain ini membuat materi yang diajarkan menjadi bias sehingga butuh penjelasan lebih lanjut.
"Contoh saja, belajar mengenai udara. Siswa diminta menjelaskan udara dalam IPA, itu mudah. Tapi, membahasakan udara dalam pelajaran lain itu bagaimana. Pasti akan butuh penjelasan panjang. Jadi, malah makin banyak nanti," kata Romo Benny saat jumpa pers di kantor Indonesia Corruption Watch (ICW), Kalibata, Jakarta, Jumat (15/2/2013).
Ia membenarkan bahwa mata pelajaran memang berkurang, tetapi durasi belajarnya bertambah. Hal ini merupakan dampak dari ilmu pengetahuan yang hanya dijelaskan sebagian sehingga membutuhkan penjelasan detail yang memakan durasi belajar lebih lama.
"Ini gurunya juga akan bingung jika tidak disiapkan dengan baik. Turunnya kualitas pendidikan di Indonesia ini karena guru tak pernah dilatih dengan baik," ungkap Romo Benny.
"Bukan perkara mudah. Salah-salah, anaknya juga jadi bingung dan akibatnya malah merugikan banyak pihak. Kalau sampai kejadian, siapa yang bertanggung jawab," tandasnya.
Seperti diketahui, perubahan kurikulum ini bertujuan baik, yaitu mengurangi beban siswa dan guru. Siswa tak lagi perlu membawa banyak buku dan mempelajari mata pelajaran yang menumpuk. Guru juga tak dibebani lagi dengan kewajiban membuat silabus. Namun, dengan persiapan hanya enam bulan, apakah beban tersebut akan berkurang atau hanya menjadi masalah baru bagi mereka di lapangan? (detik/16/2/13)
------------------------------
0 comments:
Posting Komentar