Minggu, 17 Februari 2013

Muslim Habasyah (Etiopia), Mayoritas Yang Merana


|

Islamedia - Setiap muslim yang pernah membaca sejarah Rasulullah saw, pasti mengenal negeri Habasyah yang memiliki tempat tersendiri dalam sejarah Nabi. Ya, dialah tempat hijrah para shahabat Rasulullah saw pertama kali sebelum hijrah ke Madinah dan mendapatkan sambutan baik dari Raja Najasyi yang menjadi penguasa Habasyah ketika itu. Di negeri itupula, akad pernikahan Rasulullah saw dengan salah satu isterinya; Ummu Habibah dilangsungkan. Dan Habasyah juga merupakan tanah kelahiran salah seorang shahabat mulia, yaitu Bilal bin Rabah radhiallahu anhu.

Namun apa yang kini dialami kaum muslimin di negeri Habasyah yang sekarang dikenal sebagai negara Etiopia? Memprihatinkan adalah ungkapan yang paling halus untuk menggambarkan nasib mereka di sana. Meskipun kaum muslimin merupakan mayoritas penduduk negeri tersebut mencapai 65-70% dari keseluruhan populasi penduduknya yang mencapai 95 juta, namun hal tersebut tidak membuat mereka dapat hidup nyaman dengan agamanya karena justeru harus berhadapan dengan pemerintahnya sendiri yang tidak menghendaki kemajuan bagi kaum muslimin.

Pada awalnya, setelah negara Etiopia bebas dari cengkraman komunis pada tahun 90-an, kaum muslimin mendapatkan keleluasaan untuk menjalankan dan mendakwahkan agamanya. Berbagai agenda kegiatan, baik dakwah, pendidikan, sosial dan ekonomi, berhasil digalakkan dan dari waktu ke waktu mendapatkan sambutan luar biasa dari kaum muslimin yang selama ini tertekan oleh pemerintahan komunis.

Namun kemajuan yang berhasil diraih oleh kaum muslimin Etiopia ini justeru membuat pemerintah Etiopia menjadi gerah. Ironisnya, negara dengan mayoritas muslim ini dikuasai oleh pemerintahan yang tidak menyukai Islam. Mantan perdana menterinya yang belum lama meninggal; Milis Zinawi adalah seorang penganut Kristen yang sangat membenci gerakan Islam. Dia sering menakut-nakuti rakyat Etiopia dari ancaman teroris Islam jika para aktifitis Islam menguasai negara. Kenyataannya, dialah yang melakukan tindakan terorisme terhadap kaum muslimin yang merupakan rakyatnya sendiri. Hal ini tak lepas dari provokasi negara-negara barat yang khawatir kemajuan Islam seiring dengan revolusi negara-negara Arab yang mengantarkan aktifis Islam menduduki kursi kekuasaan.

Tindakan pemerintah Etiopia yang mengundang reaksi keras kaum muslimin Etiopia belakangan ini adalah mengundang salah satu sekte sesat yang dikenal dengan istilah Ahbasy. Sekte yang tumbuh subur di Libanon ini terkenal sebagai aliran sufi garis keras yang banyak memiliki keyakinan menyimpang serta melontarkan permusuhan terbuka terhadap kaum muslimin yang berpegang teguh pada prinsip Ahlussunnah wal Jamaah. Bahkan mereka tidak sungkan mengkafirkan para ulama terkemuka semacam Syaikhul Islam Ibnu Taimiah, Sayyid Sabiq, Syekh Al-Albany, Syekh Bin Baz. Karenanya, para ulama sekarang sepakat menyatakan kelompok ini sebagai kelompok sesat.

Aliran inilah yang kini oleh pemerintah Etiopia diberikan tempat dan kedudukan untuk menyebarkan paham sesatnya. Dengan anggaran negara yang besar, tokoh-tokoh mereka didatangkan dari pusatnya di Libanon. Lembaga Tinggi Urusan Islam (semacam Depag) yang berwenang mengatur urusan keagamaan Islam di negeri tersebut diserahkan kepada orang-orang mereka. Akibatnya banyak timbul friksi di tengah kaum muslimin. Dan inilah yang rupanya dikekendaki pemerintah Etiopia untuk menahan laju gerakan Islam.

Kini kaum muslimin di sana sedang menggalang kekuatan untuk menuntut pemerintah menghentikan permusuhannya terhadap Islam dan memberikan mereka kebebasan beraktifitas serta tidak memberikan kelompok sesat Ahbasy menguasai urusan kaum muslimin di negara tersebut. Sejak beberapa bulan lalu berbagai demonstrasi marak di negara tersebut, meskipun seringkali pihak keamanan menghadapinya dengan kekuatan senjata. Sekian banyak aktifis Islam yang ditahan dan menghadapi penyiksaan oleh pihak pemerintah. Hingga kini protes kaum muslimin dalam berbagai bentuknya terus berlanjut, sehingga hubungan kaum muslimin dengan pemerintah Etiopias sedang mengalami krisis berat. Apakah Etiopia akan menyusul negeri-negeri Islam lainnya untuk berevolusi? Semoga Allah kuatkan dan menangkan mereka.

0 comments:

Posting Komentar