Kamis, 03 Januari 2013

Tak Percaya, Saat Terima Piala Badan Menggiggil Kisah Guru Honor yang Menyabet Prestasi Nasional

 Ternyata, status guru honor yang tak jelas dengan gaji ala kadarnya, tidak menjadi halangan bagi Ibu guru yang satu ini. Di tengah keterbatasannya, ternyata Nurbaya SAg, guru bidang studi Agama Islam di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) 1 Kosgoro di Solok mampu berprestasi di tingkat Nasional.

Nurbaya, SAg, satu di antara seribuan guru honor lainnya yang tersebar di kota dan kabupaten yang nyaris sama nasibnya, bahkan bisa dibilang masih di bawah rata-rata.  Demi memenuhi kebutuhan hidup keluarga, guru bidang studi Agama Islam ini pun terpaksa memborong jam mengajar pagi-sore di sekolah tempatnya mengabdi, korbankan waktu bagi keluarga. Namun siapa menyangkal, Nurbaya berhasil me­noreh prestasi tingkat nasional, ha­rapan 2 lomba kreasi model pem­be­lajaran oleh Kementrian Agama RI.

Nurbaya seorang guru honorer di SMK 1 Kosgoro Solok berbekal SK yayasan semenjak tahun 2000 silam, dan dua tahun terakhir juga aktif mengajar di SMK Negeri 1 Kota Solok jurusan pemasaran. Dalam kesehariannya saat mengisi ruti­nitas (mengajar), Nurbaya terlihat biasa-biasa saja (sederhana), tidak terlihat pernak-pernik yang me­nonjol  layaknya seorang guru senior. Kecuali dihiasi setumpuk buku-buku penduan mengajar di­jepit, setelah buku-buku lainnya penuh sesak dalam tas. 

Meski guru honor, ternyata Nurbaya termasuk sosok yang me­miliki rasa percaya diri cukup tinggi dalam menekuni profesinya, hingga setiap berbagai anjang perlombaan  khususnya lomba karya tulis antar guru yang diselenggarakan peme­rin­tah serta-merta tak luput men­jadi incarannya. Alhasilnya, berkat gigih, Nurbaya berhasil menuai keber­ha­silan, keluar sebagai juara I tingkat Kota Solok dalam lomba karya tulis model pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang di­selenggarakan Kementerian Agama setempat .

Yakin akan kembali menjadi sang juara, perjuangan wanita berusia 40 tahun ini pun dalam tulisannya setebal 200 halaman berlanjut ke Tingkat Provinsi di tahun 2009 lalu,  dengan tema menjadikan generasi cerdas yang agamais melali sistem ajar professional dengan pemanfaatan media pembelajaran. Nurbaya sengaja mengangkat tema ini ke per­lom­baan mengingat minat siswa/i dalam mengikuti pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) cukup lemah, PAI kurang diminati layak­nya bidang studi lain. Ber­da­sarkan hasil penelitiannya selama enam bulan, ini lebih disebabkan faktor kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Alhasilnya, karya ilmiah yang disusun Nurbaya din­o­bat­kan sebagai juara II tingkat provinsi Sumbar.

“Saya senang, meski guru honor, saya mampu berkompetisi.  Karya tulis yang begitu dengan susah-payah saya susun, keluar sebagai juara II diantara hasil karya tulis peserta lainnya yang semuanya rata-rata berstatus guru PNS dan senior,” ujar Nurbaya yang ditemui Padang Ekspres di SMKN 1 Kota Solok, Jumat (28/12).

Belum puas sampai disitu, ia pun pada Noverber lalu kembali mengikuti lomba karya tulis dengan tema yang sama setelah ditawari pihak SMKN 1 Solok. Namun kali ini tantangan justru jauh lebih berat, sebab kompetisi yang diikutinya adalah mewakili nama Sumbar untuk tingkat nasional,  Sudah barang tentu kemampuan para pesaing yang bakal dihadapi se­mua­nya hebat, telah teruji dan professional, dengan jam terbang yang tak ada apa-apanya dibanding Nurbaya. Namun kegamangan itu tidak mem­buat Nurbaya pesimis dan ber­mental kerupuk, komitmennya pun tetap bulat.

Alhasilnya, begitu selesai pre­sentasi berselang sepekan berik­ut­nya (10/12), nama Nurbaya pun keluar sebagai pemenang harapan II dan diundang ke Jakarta,  dengan piala plus tabanas diserahkan oleh Kementerian Agama Islam RI mela­lui Direktur PAIS, Dr.H. Amin Haidari,M.Pd di Jakarta. 

“Saat menerima piala, semua tulang saya terasa menggigil, air mata dengan sendirinya menetes. Sebagai guru honor, saya ke Jakarta naik pesawat,” cerita Nurbaya.

Sempat diakui Nurbaya, sebe­lum hasil pengumuman keluar, sama-sekali Nurbaya tidak me­nya­ngkal namanya akan keluar sebagai pe­menang mengingat para pasaing yang dihadapi seluruhnya cukup tangguh.  Namun berkat gigih dan tetap percaya diri diiringi doa kehadapan Allah SWT, tidak ada yang mustahil. Sekalipun guru honor, tetap bisa berprestasi.

Atas pembuaktian prestasi yang diraihnya, Nurbaya hanya berharap kiranya pimpinan daerah segera dapat menerbitkan SK Wali kota atas profesinya sebagai bekal pe­nyam­bung hidup keluarga kelak membantu beban suami tercinta yang juga berstatus guru honor.(*)

0 comments:

Posting Komentar