Redaksi 1 – Rabu, 19 Safar 1434 H / 2 Januari 2013 05:33 WIB
Salah
satu wilayah yang paling memprihatinkan kondisinya di Suriah adalah
pesisir Propinsi Latakia. Penduduk Ahlussunnah di sana menjadi
minoritas dengan komposisi 30 persen berbanding 70 persen penduduk
Nushairi. Mereka kini diserang dengan gencar karena Basyar Asad tak sudi
daerah asal keluarganya dikuasai oleh Ahlussunnah.
Meski minoritas, Muslim Sunni di Latakia tetap teguh berjuang melawan
kezhaliman rezim Asad. Resikonya, mereka dihujani bom setiap hari.
Rata-rata 20 bom seberat 200 kg dijatuhkan pesawat-pesawat rezim Asad
setiap harinya. Kondisi yang sangat memprihatinkan karena mujahidin di
sana tak memiliki senjata antipesawat yang memadai.
Berbeda dengan mujahidin di kota-kota lain seperti Aleppo dan Homs
yang telah memiliki roket-roket antipesawat, mujahidin Latakia belum.
Maka hingga hari ini, mereka menjadi bulan-bulanan helikopter rezim yang
menjatuhkan bom-bom birmil.
Sabuah faktor lain menambah kesedihan Muslim Latakia. Kompromi
politik yang dipaksakan oleh Barat kepada kelompok politik oposisi,
dengan imbalan pengakuan internasional, mengarah pada pembagian wilayah
Suriah menjadi federasi Sunni-Nushairi. Dengan rencana seperti ini,
Latakia kemungkinan akan diserahkan pada kelompok Nushairi.
Hal ini sangat ditentang oleh mujahidin. Abu Habib, salah satu
pemimpin mujahidin Latakia, menyatakan kepada saya, “Kami tak sudi
menyerahkan wilayah yang kami pertahankan dengan susah payah kepada
musuh kami. Biarlah para politisi membagi-bagi kue kekuasaan dan
wilayah. Kami tetap akan berjihad membela kampung kami.”
“Kami sangat prihatin dengan jatuhnya korban akibat pemboman rezim
yang membabi-buta. Tapi hingga kini kami belum memiliki senjata
antipesawat yang layak,” tambahnya. “Semoga saudara-saudara Muslim kami
di luar negeri, termasuk di Indonesia bisa membantu kami dalam urusan
ini.”
Lidah saya kelu, tak tega saya memberitahu Abu Habib bahwa Muslim di
Indonesia terlalu sibuk dengan berbagai urusan lain. Sehingga tak sempat
membantu saudara-saudaranya di Suriah yang setiap harinya rata-rata
terbunuh 300 orang.
Inilah salah satu sisi memprihatinkan dalam revolusi Suriah.
Perhatian dunia Islam minim, sementara dunia internasional yang dikuasai
Barat memaksakan kompromi politik yang tak adil. Hasbunallah wa ni’mal
wakil.
- Fahmi Suwaedi dari Suria (pks pariaman selatan)
0 comments:
Posting Komentar