Sabtu, 29 Desember 2012

Calon Walikota Pariaman, Sumatera Barat

By: Yohanes Wempi
Masyarakat Kota Pariaman memiliki kegemaran berdiskusi dan bercerita di lapau (kedai/warung), sehingga segala informasi yang ada lebih banyak bersumber dan berkembang dari lapau tersebut.
Cerita atau ciloteh itu, salah satunya yang hangat saat ini adalah informasi seputar Calon Wali Kota Pariaman yang layak di pilih oleh masyarakat Pariaman bersangkutan.
Hal senada juga diperkuat oleh hasil survei Pusat Kajian Strategis Sumatra Barat (PKSSB) tahun 2012, bahwa dari 40 persen masyarakat Piaman mendapatkan data dan informasi mengenai kreteria seorang calon kepala daerah dari lapau (kedai/warung).
Maka untuk mengungkap tabir seperti apa kecendrungan dan keinginan masyarakat Piaman pada Pilkada Kota Pariaman tahun 2013 mendatang, akhirnya saya mencoba sedikit mengorek data/informasi dalam bentuk diskusi dibeberapa lapau.
Apa sebenarnya kreteria dan siapa calon Wali Kota Pariaman pada priode 2013-2018 yang diinginkan oleh Masyarakat Pariaman?.
Hasil dari diskusi-diskusi/wawancara beberapa lapau di Kota Pariaman tersebut, maka dapat disimpulan bahwa, masyarakat Pariaman menginginkan pemimpin Kotanya dengan kreteria yang beragam.
Sebagian masyarakat masih cenderung berpikir tentang latar belakang keluarga, atau jaleh sosok jiraminya. Calon, merupakan putra/putri yang berasal dari Pariaman. Karena itulah sebahagian besar masyarakat Piaman harus mengetahui kampung aslinya, apa sukunya, siapa penghulunya, dimana pusak tingginya, dan dimana pandan pakuburan kaumnya. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa sang calon harus putra asli daerah (PAD).
Orang yang berpengalaman, cenderung lebih mendapatkan tempat di hati masyarakat. Dalam Minangkabau, dikenal dengan sebutan, alah taraso makan tangannyo. Seorang calon yang merupakan putra daerah, telah mengabdian di kampung selama ini. Sehingga, masyarakat tahu bahwa calon tersebut telah berbuat, memiliki karya di tengah masyarakat, dan dirasakan hasilnya.
Sosok yang diharapkan masyarakat Piaman itu harus tahu dengan nan ampek, yaitu orang yang harus memahami norma-norma adat istiadat yang berlaku di Piaman. Sehingga, calon paham betul dengan apa makna dan aplikasi kato malerang, kato manurun, kato mandaki, kato mandata, dan mandi di baruh-baruah, bakato di bawah-bawah, paliharo badan agar orang tidak tersinggung. Intinya, calon pemipin Pariaman mencerminkan seorang pemimpin santun dan bijaksana seperti Buya Hamka, dan M Nasir, Anas Malik, dll.
Seseorang ywng dianggap mampu mengaplikasikan adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah dalam dirinya punya tempat tersendiri di tengah-tengah masyarakat. Artinya, calon pemimpin Kota Pariaman mampu membuat program yang memakmurkan dan mencintai masjid (syiar Islam). Diharapkan kepribadiannya tidak terlepas dari nilai-nilai Islam dalam memimpin Kota Pariaman ke depan.
Alun takilek lah takalan, ikan takile di aie alah tahu jantan batinyo menjadi satu nilai plus bagi pemilih. Seorang pemimpin harus memiliki rasa empati dengan situasi dan kondisi masyarakat. Sehingga, apa yang menjadi keinginan dan harapan masyarakat, mampu dia salurkan dalam bentuk kebijakan dan tindakan nyata nantinya. Tujuannya, agar masyarakat Pariaman bisa makmur dan sejahtera.
Sang calon wali Kota Pariaman tidak tersangkut dengan hukum atau tidak bersatutus terjerat hukum pidana maupun perdata, terutama tersangkut kasus hukum yang berkaitan dengan korupsi, narkoba, Berjudi karena masyarakat Pariaman ingin calonnya tersebut bebas dari korupsi dan sempurna, “Alun ta coreang arang dikaniang”. Pada dasarnnya masih banyak poin-poin kreteria calon Wali Kota Pariaman yang muncul dari carito lapau atau diskusi lapau tersebut.
Semua kesimpulan dari diskusi di lapau tersebut, merupakan satu teori pembenaran bahwa lapau merupakan pusat informasi dan sumber data dari refresentasi keinginan masyarakat Piaman secara keseluruhan. Hal ini diperkuat juga oleh hasil penelitian pakar sosiologi Jepang tahun 1996 (baca: peran lapau di tengah masyarakat Piaman) menjelaskan, bahwa fungsi lapau di Piaman adalah sebagai pusat informasi dan berita, di mana lapau mampu memberikan informasi-informasi yang berkembang di seluruh sisi kehidupan di daerah dan malah bisa dunia. Sehingga, siapa pun yang ke lapau sudah dipastikan dapat mengetahui perkembangan informasi dan berita apa yang terjadi kekinian dan terbaru.
Selanjutnya lapau merupakan pusat diskusi, di mana orang yang ada di lapau akan saling mengadu ide dan gagasan cerdas. Sehingga, ada yang mengibaratkan, satu kasus penting dan rumit yang ada di Indonesia, pasti sudah selesai pembahasannya di lapau, dan hasilnya sudah bisa diketahui, walaupun kasus tesebut masih dalam wacana dan pembahasan. Itu lah teori berdasarkan hasil penelitian sosiologi Jepang tahun 1996 tersebut yang memperkuat apa yang penulis sampaikan tersebut.
Maka perlu dingatkan kepada masyarakat Kota Pariaman, bagaimanapun kreteria Calon Wali Kota Pariaman yang munucul dan telah dijelaskan diatas. Senuanya kembali kepada masyarakat Kota Pariaman itu sendiri nanti.
Dari sekarang, cari dan pilihlah nanti calon-calon yang baik dan tepat, yang nama-namanya hari ini telah mengapung di Kota Pariaman.
Seperti Helmi Darlis, Ruslan Abdul Gani, Mahyudin, Mardison, Yulius Danil, Muklis R, dan lainya. Satu kata kunci yang perlu dipahami, kalau salah pilih pada pilkada tahun 2013 nanti, maka “hanyuiklah kito sarantau urang Kota Pariaman selama lima tahun kedepan [*].

Sumber: http://politik.kompasiana.com/2012/12/08/calon-walikota-pariaman-sumatra-barat--514985.html

0 comments:

Posting Komentar