Sabtu, 09 Maret 2013

SABAR


Oleh Irwan Prayitno
Gubernur Sumbar
Berkali-kali saya didesak untuk melakukan “serangan balasan” atas berbagai black campaign maupun fitnah yang ditujukan kepada saya. Desakan itu datang dari berbagai kalangan, baik perguruan tinggi, swasta, politisi, wartawan, birokrat maupun dari masyarakat umum. “Ayo Pak, jangan diam saja dan sabar terus, sabar itu ada batasnya,” ujar mereka geram.

Berkali-kali mereka mendesak, namun berkali-kali pula saya menjelaskan dengan jawaban yang sama. Jangan balas kejahatan dengan kejahatan dan kesabaran adalah kemenangan, kesabaran adalah strategi, kesabaran adalah solusi dari berbagai masalah.

Hampir semua yang semula memberikan pendapat tersebut mengernyitkan kening, tidak paham dan tidak setuju dengan pendapat saya. Pendapat dan argumen saya dianggap aneh dan tidak masuk akal. Menurut mereka, di zaman kenabian dulu, hal itu bisa dilakukan oleh para nabi. Bahkan banyak dicontohkan bagaimana Nabi Muhammad SAW membalas kejahatan dengan kebaikan. Apakah di zaman seperti saat ini, metode itu masih berlaku dan masih mangkus?

Saya mencontohkan dua orang sedang menunggu bis untuk melakukan sebuah perjalanan yang sangat penting dan waktunya sangat mendesak. Ternyata bis yang ditunggu-tunggu terlambat datang. Orang pertama tetap menunggu dengan sabar dan tenang. Karena cukup lama menunggu, ia lalu membaca buku dan membolak balik catatan bahan rapat yang akan mereka hadiri.

Sebaliknya orang kedua langsung emosi, tidak terima dengan keadaan tersebut. Ia mengumpat dan menggerutu tak henti-henti karena kesal. Ketika mobil datang, sopirnya langsung ia damprat sambil terus mengomel. Akibatnya, ketika mengikuti rapat ia tidak konsentrasi karena amarah dan rasa kesal masih bersarang di dadanya, sementara sopir yang kena semprot tentulah merasa dendam dan sakit hati.

Beruntunglah orang pertama, meski terlambat hadir untuk rapat, tapi ia bisa hadir rapat dengan kepala dingin, materi rapat ia kuasai dengan baik dan tak ada orang yang tersakiti. Sedangkan orang kedua, terlambat hadir rapat, tak bisa konsentrasi karena hatinya tidak tenang, masih ada lagi tambahan orang dendam dan sakit hati kepadanya. Bukankah ini berarti kesabaran adalah sebuah strategi dan kesabaran adalah kemenangan?

Awalnya sikap dan logika seperti di atas susah dimengerti dan susah diyakini sebagai sebuah strategi yang ampuh untuk mencapai sebuah kemenangan. Namun seiring dengan perjalanan waktu, akhirnya mereka yang semula membantah argumen saya mulai paham dan percaya. Satu persatu Allah mulai memperlihatkan kekuasaanNya, satu persatu mulai terlihat nyata, perbuatan zalim itu tidak mempan seperti yang mereka rencanakan, bahkan malah berbalik arah menyerang pencetusnya.

Kian hari pelaku black campaign justru makin buruk reputasinya, masyarakat makin tahu keburukan mereka, masyarakat dan semua orang makin tahu siapa saja aktor dan sutradara di belakang semua itu. Semua makin terang dan makin nyata tampak di depan mata. Apakah saya harus membalas dan balik menyerang dan memfitnah serta berbuat kejahatan serupa? Tentu saja tidak, itu bukan sebuah strategi yang baik dan itu bukanlah sebuah jalan yang jitu untuk memperoleh kemenangan.

Saya tetap yakin bahwa kesabaran itu tidak ada batasnya, karena kesabaran itu adalah kemenangan, kesabaran itu adalah strategi, kesabaran itu adalah solusi. Allah dalam surat Albaqarah ayat 153 berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” Untuk menegaskan pentingnya sabar dan jaminan Allah terhadap orang yang sabar, kata “Allah beserta (bersama) orang yang sabar” diulang-ulang dalam sejumlah ayat.

Jika dilindungi seorang bodyguard dan selalu bersama kita kemana-mana saja kita sudah merasa aman, apalagi dilindungi Allah yang selalu bersama kita? Apakah masih ada kekuatan dan perlindungan melebihi kekuatan dan perlindungan Allah? ***

Padang Ekspres 7 Maret 2013

0 comments:

Posting Komentar